Rupture perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan. Penyebab kematian ibu yang tertinggi adalah perdarahan yang salah satu penyebabnya yaitu rupture perineum dengan angka kejadian 16%. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya rupture perineum pada ibu bersalin normal di BPM Anastasia Darwati Jetis Bantul pada bulan Januari-Desember 2016 berdasarkan faktor ibu dan janin.
Penelitian bersifat deskriptif kuantitatif dengan pendekatan retropektif. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu bersalin normal pada bulan Januari – Desember 2016 berjumlah 85 orang. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling dari 85 persalinan normal 72 orang mengalami rupture perineum. Instrumen yang digunakan berupa check list dan teknik analisis data menggunakan analisis univariat.
Hasil : Sebagian besar ibu bersalin mengalami rupture perineum derajat dua. Faktor penyebab terjadinya berdasarkan urutan yang tertinggi yaitu: 1) riwayat persalinan dengan perlukaan perineum 73,1%; 2) multiparitas (72,2%; 3) partus presipitatus 6,9%; 4) usia < 20 tahun atau > 35 tahun 9,7%; 5) berat badan bayi 3500 gram - 4000 gram 4,2%, dan 6) kelainan presentasi muka 2,8%. Simpulan: faktor penyebab terjadinya rupture perineum
yang paling dominan berdasarkan faktor ibu adalah riwayat persalinan dengan perlukaan perineum, sedangkan berdasarkan faktor janin adalah berat badan bayi. Diperlukan deteksi dini yang komprehensif sebagai upaya preventif terjadinya rupture perineum akibat faktor riwayat persalinan sebelumnya.
Berdasarkan tabel penelitian diketahui bahwa gambaran kejadian rupture perineum, dari 72 ibu bersalin yang mengalami ruptur perineum sebagian besar yaitu 61 responden (84,7%) mengalami rupture perineum derajat dua. Adapun ibu bersalin yang mengalami rupture perineum derajat tiga sebanyak 2 orang (2,8%). Hal ini disebabkan karena melahirkan berat bayi> 3500 gram dan telah ditangani dengan proses rujukan. Kejadian ruptur perineum derajat tiga perlu penanganan segera karena rupture perineum merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya perdarahan pasca persalinan yang dapat menyebabkan kematian pada ibu bersalin. Hal ini sesuai dengan kajian pustaka yang mengatakan bahwa robekan perineum merupakan salah satu trauma yang paling sering dialami oleh wanita saat proses persalinan (Wiknjosastro,2008; Sondakh,2013). Data inipun ditunjang dengan hasil penelitian sebelumnya
yang menunjukkan bahwa sebagian besar 72,3% ibu bersalin mengalami robekan perineum spontan (Prawitasari, 2015)
Lalu faktor selanjutnya bahwa 6,9% ibu bersalin yang mengalami rupture perineum dengan partus presipitatus. Hal ini dimungkinkan terjadi karena adanya tekanan yang kuat dalam waktu yang singkat yang dapat menyebabkan perlukaan pada jalan lahir
khususnya pada serviks, vagina dan perineum (Wiknjosastro, 2008)
Faktor lainnya yang dianalisis secara deskriptif yaitu faktor umur ibu. Umur merupakan umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat melahirkan anak terakhirnya. Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar responden yang melahirkan berusia 20 - 35 tahun sebanyak 65 orang (90,3%). Besarnya responden yang melahirkan usia produktif menandakan bahwa masyarakat sudah mengikuti anjuran pemerintah.
Pasangan usia subur (PUS) sebaiknya melahirkan pada usia 20 – 35 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia < 20 tahun fungsi reproduksi belum berkembang dengan sempurna.
Pada usia > 35 tahun fungsi reproduksi mengalami penurunan. Sehingga pada usia < 20
tahun dan > 35 tahun sering dijumpai kehamilan dan persalinan dengan komplikasi yang dapat meningkatkan kejadian kematian ibu (Siswosudarmo dan Emilia, 2008).
Dalam penelitian ini peneliti melihat faktor umur tidak memengaruhi kejadian rupture perineum pada ibu bersalin berdasarkan analisis deskriptif, karena kejadian rupture perineum spontan bisa terjadi pada semua kategori umur. Hanya saja yang lebih berisiko untuk mengalami rupture perineum adalah ibu berusia pre produktif dan ibu berusia post produktif. Berdasarkan data diketahui kejadian rupture perineum berdasarkan faktor umur < 20 tahun atau > 35 tahun sejumlah 9,7%. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Rosmawar (2013) yang melaporkan bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian rupture perineum. Tidak ada hubungan antara umur dengan rupture perineum disebabkan karena faktor elastisitas perineum seseorang berbeda – beda, pemilihan posisi persalinan dan cara meneran pada saat persalinan juga memengaruhi terjadinya rupture perineum
(Siswosudharmo dan Emilia, 2008).
Sebagian besar ibu bersalin mengalami rupture perineum derajat dua. Faktor penyebab
terjadinya rupture perineum pada ibu bersalin normal berdasarkan faktor ibu yang paling
dominan adalah riwayat persalinan dengan perlukaan perineum. Faktor penyebab terjadinya
ruptur perineum pada ibu bersalin normal berdasarkan faktor janin yang paling dominan
adalah berat badan bayi. Tenaga kesehatan diharapkan lebih memperhatikan faktor - faktor
resiko yang dapat mempengaruhi kejadian rupture perineum sehingga kejadian rupture
perineum spontan dapat dicegah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar